Petani Sebatas Petani, Dia Adalah Petani, Bukan Petinggi Negeri, Namun Ia Pengisi Perut Negeri
Dari Sawah, Ku Kunyah Jaz Kuliah
Saat aktor putih abu-abu bermuka cerah
Berbahagia telah lulus lantai sekolah
Telah sirna masa-masa paling indah
Kini telah tiba masanya untuk berbenah
Berpindah bangku dan rumah
Hidup sendiri di kota megah
Jika ada orang yang bertanya 'mau ke mana habis sekolah'
Dengan bangga dan dada membusung gagah
Keluar kata jawaban 'aku lanjut kuliah'
'anak sawah mau kuliah? Udah bantu di sawah aja, kuliah buang duit' kata mereka yang tak pernah tau gerbang kuliah
Masyarakat kampung yang tiap hari bermandikan susah
Tidur sawah, makan sawah, kencing sawah, mati sawah
Tak ada rasa bahagia, kecuali melihat anaknya yang gagah
Menjilat kebahagiaan dalam kesuksesan yang absah
Tak ada satupun aktor sawah
Yang bercita-cita mendidik anak turunnya agar sama dengan dirinya, hidup di sawah
Menanam harapan, dalam penantian yang gelisah
Kata-kata yang amat terenyuh
Ketika aktor sawah bertutur 'nak, kamu lanjut cari ilmu, kuliahlah, jangan jadi orang bodoh macam orang tuamu ini'
Batin anak mana yang tak terisak pedih
Berangkat kuliah, dalam kondisi orang tua tak pulang-pulang dari sawah
Mau bantah, sama saja tak hargai jerih payah
Mau bolos kuliah, pilih kerja buruh sampah
Dengan orang tuamu, lupakah?
Lantas harus seperti apa jadinya?
Tak perlu banyak keluh kesah
Lakukan selagi mampu terjamah
Bernasib untung bisa mengunyah jaz kuliah
Walau orang tuaku tak pulang-pulang dari sawah
Setidaknya mereka bercita-cita agar anak lebih bermuka cerah
Bukan hitam berbalut panas matahari sawah
M. A. AMRULLAH
Bjn /30/7/18
Saat aktor putih abu-abu bermuka cerah
Berbahagia telah lulus lantai sekolah
Telah sirna masa-masa paling indah
Kini telah tiba masanya untuk berbenah
Berpindah bangku dan rumah
Hidup sendiri di kota megah
Jika ada orang yang bertanya 'mau ke mana habis sekolah'
Dengan bangga dan dada membusung gagah
Keluar kata jawaban 'aku lanjut kuliah'
'anak sawah mau kuliah? Udah bantu di sawah aja, kuliah buang duit' kata mereka yang tak pernah tau gerbang kuliah
Masyarakat kampung yang tiap hari bermandikan susah
Tidur sawah, makan sawah, kencing sawah, mati sawah
Tak ada rasa bahagia, kecuali melihat anaknya yang gagah
Menjilat kebahagiaan dalam kesuksesan yang absah
Tak ada satupun aktor sawah
Yang bercita-cita mendidik anak turunnya agar sama dengan dirinya, hidup di sawah
Menanam harapan, dalam penantian yang gelisah
Kata-kata yang amat terenyuh
Ketika aktor sawah bertutur 'nak, kamu lanjut cari ilmu, kuliahlah, jangan jadi orang bodoh macam orang tuamu ini'
Batin anak mana yang tak terisak pedih
Berangkat kuliah, dalam kondisi orang tua tak pulang-pulang dari sawah
Mau bantah, sama saja tak hargai jerih payah
Mau bolos kuliah, pilih kerja buruh sampah
Dengan orang tuamu, lupakah?
Lantas harus seperti apa jadinya?
Tak perlu banyak keluh kesah
Lakukan selagi mampu terjamah
Bernasib untung bisa mengunyah jaz kuliah
Walau orang tuaku tak pulang-pulang dari sawah
Setidaknya mereka bercita-cita agar anak lebih bermuka cerah
Bukan hitam berbalut panas matahari sawah
M. A. AMRULLAH
Bjn /30/7/18
Komentar