(CERPEN) Demi Ninja Kucampakkan Ibu Kandung Sendiri
Pada suatu desa yang tentaram, indah, dan belum penuh dengan padatnya penduduk serta masih kentalnya keagamaan dan kebersamaan. Adanya sebuah keluarga di desa itu yang cukup harmonis. tatkala itu, seoarang suami istri yang masih muda perkawinanya yang dikaruniai 3 orang anak yang disitu terlahir laki-laki semua, yang 1 anak mereka masih bayi dan 2 yang bernama alih yang usianya kini menginjak 22 tahun. adi adalah adik alih yang berusia 17 tahun dan ali adalah anak bungsu yang usianya kini masuk 7 tahun.
Merek terlahir dari keluarga yang pekerjaanya hanyalah seorang petani biasa. Ketika itu agih lulus sekolah dan bekerja. Semakin dewasa, akhirnya agih pun menemukan pendamping hidupnya dan memutuskan ikut dengan istrinya. Dan tersisa adi yang ketika itu baru lulus sekolah dan ali yang baru menginjak sekolah dasar.
Dari ketidak adanya kakak yang paling tua yang selalu menasehati, disitupun mulai nampak sifat adi yang arogan dan tak peduli sama orang lain. bahkan dengan kedua orang tua mereka sendiri pun ia berani, ini mungkin karena salahnya dalam pergaulan.
dari mulai pulang malam yang dihabiskan waktunya hanya untuk bersenang senang yang tidak jelas. Padahal disitu adi adalah anak yang paling besar, karena ketidak adanya agih anak pertama. Adi pun mulai menyukai perempuan yang disitupun sifatnya hampir sama dengan adi. Awal mula adi mula berkencan karena malu mempunyai motor yang butut akhirnya meminjam motor ninja milik temanya. Karena senangnya sang puja'an hati memiliki cowok yang mempunyai motor yang mahal dan mungkin difikirnya adi adalah anak orang kaya dan memiliki segalanya. Disitulah nafsu adi mulai bergerak ingin memiliki motor ninja. Dan meminta lah pada sang ibu yang ketika itu bapak adi sedang di sawah
"Bu, temen temen ku semua pada punya motor ninja, sedangkan aku hanya punya motor butut. Aku malu Bu..aku malu..belikan Dong..tu kan kewajiban orang tua" kata adi sambil membentak ibunya.
"iya, sabar di nunggu kita panen. Motor ninja tu tak murah".
"hah..jual aja sawah itu buat aku beli motor" dengan perasaan marah akhirnya adi pun langsung pergi meninggalkan ibunya.
Disitu menangislah sang ibu, yang tak berselang lama sakit dan dibawalah kerumah sakit karena terlalu difikirkanya masalah itu.
"halah..itu mah ibu exting" adi masih sangat marah dan tak peduli saat dilihat orang "mana motornya Bu. Ku malu sama temen temen."
Kaget sang ayah melihat kelakuan anaknya yang seperti itu.
"ibu kamu sakit, malah bicara apa kamu" ayahnya mencekek adi dan memantanya untuk pergi "Keluar...anak macam apa kamu."
" udah pa...udah...." dengan linangan air mata yang membasahi pipi ibunya.
Di situ adi pun pergi tanpa meninggalkan rasa bersalah satu pun. Yang semakin lama penyakit sang ibu semakin parah, karena terlalu memikirkan masalah itu. Dan Tuhan pun berkehendak lain, sang ibu pun akirnya wafat. Disitupun adi tak ikut serta bahkan tak hadir, memandikan dan memakamkan sang ibu. Adi hilang, orang-orang tak tau keberadaannya.
Sampai sudah dimakamkanya sang ibu baru datang adi dengan perasaan yang biasa-biasa saja tanpa rasa bersedih sekalipun.
"mau apa kamu..kamu mau apa lagi..anak durhaka kamu.." kata ayahnya
"ku mau rumah beserta sawah itu..akan ku belikan motor..supaya pacarku mau menikah dengan ku..hahaha" dengan saombongnya adi bicara demikian
"ooooo..kamu hanya mau itu..makan tu sawah" sambil sang ayah melemparkan sertifikat tanah pada adi.
Disitupun akhirnya sang ayah pergi bersama putra kecilnya ali. Dan memilih tinggal bersama agih.
"Hahaha..bahagia guwe sekarang aku bisa membeli ninja dan tak di permalukan lagi..hahah" kata adi dengan bangganya.
Seketika itu pun adi menjual sawah dan rumah karena harga motor tersebut tak murah. Adi tak memikirkan mau tinggal dimana.
Saat itu adi pergi menemui pacarnya dengan motor barunya yang cukup agak jauh. Tetapi respon yang diberikan pacarnya membuat adi marah.
"kita putus adi..sekarang kamu gak punya apa-apa.
Penulis : Ainur Rofiq
Kader PMII Rayon Jalaluddin Rumi Attanwir Bojonegoro
Komentar